KETIKA SENYUMNYA DATANG ITU CINTA
BY Hendra Sue
Sebuah kisah perjalanan cinta seorang Maricha Sama cowok yang punya seribu senyum manis untuknya, perjalanan hidup marisa pun penuh dengan ribuan pertanyaan seputar kejadian yang dialaminya.
BY Hendra Sue
Sebuah kisah perjalanan cinta seorang Maricha Sama cowok yang punya seribu senyum manis untuknya, perjalanan hidup marisa pun penuh dengan ribuan pertanyaan seputar kejadian yang dialaminya.
Kata penulis
“Ahamdulilah sebuah
karya tulis super aneh ini selesai juga. Memang menurutku nggak masuk kategori
apapun nie tulisan, so terserah kalian mau bilang kategori APA? Cerpen, ceklit
atau apalah tapi gua mengkategorikan cerpen. Yaa …. Walaupun agak panjang juga
dan ceritanya membosankan. Dan terimaksih buat teman – teman, some one dan yang
tercinta. Semoga kalian bacanya enggak bosan yah …..”
14 Februari 2006
20.10, My Sweet House
Aku duduk termenung di sofa sambil meluruskan
kakiku di atas meja. Huwh … sepi banget Ni rumah. Film komedi lucupun tak
membuat suasana menjadi ramai. Mamah sedang pergi arisan ke komplek sebelah dan
… tanpa meminta aku menemaninya! Yah, karena mamah bilang, itu akan membuat
mamah repot. Papah juga baru saja telepon, kalo malam ini akan pulang telat
karena harus menyusul mamah untuk pergi ke pesta teman kantor papah. Ye ...
kepesta sie kepesta masa aku ditinggalin sendiri.
Aku juga bakal kesepian selama tiga atau
empat jam. Berhubung malam ini malam special, Mas Aldi yang biasa gangguin aku,
harus rela break beraksi demi mengantarkan sekotak coklat ke rumah sang pujaan
hati alias ke rumah bak Maya. Yaa … pacarnya yang ke-100 katanya!.
Aku nggak heran sih kenapa cewek
– cewek cantik di kampusnya termasuk bak Maya bisa suka and pada naksir semua
sama dia. Soalnya selain mas Aldi ganteng yang katanya mirip Aldi Fairuz dikit
(kata mas Aldi maksudnya), dia juga
ketua BEM di fakultasnya. Tapi menurutku mas Aldi cowok yang setia (setiap tikungan ada kali yaa …).
Tapi sayang nasib mas Aldi itu enggak
berpihak sama aku. Padahal menurut kedua temanku Ririe dan Abel, aku ini lebih
menarik dari mereka, ya nggak sih? Dengan rambutku yang hitam lebat dan postur
tubuh lumayan tinggi mereka menyuruh aku ikutan ajang gadis sampul (wah … mimpi kali bu). Secara aku juga
lebuh pintar dari mereka. Aku heran kenapa cowok – cowok di Bina Bangsa lebih
tertarik pada mereka. Masul akal juga sih …, mereka kan gak pemalu, gak judes
dan pake pelet (yang terakhir boong ding …).
Kelamaan nungguin yang lagi seneng-seneng
mataku berat juga. Perlahan aku mulai menganyam bulu mataku. Rasanya baru saja
aku memejamkan mata ini. Eh, tiba-tiba ada orang menggoyang- goyangkan badanku.
“Eh … anak manja, kalo tidur
dikamar dong …, mamah papah mana?” mas Aldi teriak membangunkanku.
“Iiihhh … mas Aldi ganggu aja
deh… mamah? Papa? Mana Icha tau” jawabku dengan lensa mata yang masih ngeblur.
Abis gara-gara mas Aldi, mimpiku ketemu sama pangeran hery jadi gagal deh.
“Co … malah bengong …” mas Aldi
memukulkan bantal kecil kebadanku. Dasar kaka yang nggak sayang adik. Mana
mungkin aku bisa masuk kamar kalo mukanya yang super jail itu masih
dihadapanku. Tapi, kalo lama-lama disini aku bisa dimakan tuh sama srigala
cinta yang lagi duduk manis sambil mainin BB-nya. Aku menutup pintu kamar, Lalu
kumatikan lampu.
“Icha sayang …!” itu mamah
teriak-teriak memanggilku. Aku segera menyalakan lampu, dan turun kebawah.
“Ia … ada apa mah?” Aku
menghampiri mamah yang kerepotan membawa beberapa kantung plastic dengan
beberapa merk. ini abis dari pesta? … apa abis belanja? Tau akh.
“Ca … ini buat kamu, dan ini
buat mas Aldi” mamah memberikan kantong pelastik yang berisi satu setel seragam
sekolah. Dan memamerkan sebuah dus heand phone buat mas Aldi.
“Pah … HP baru buat Cha mana?
Tanyaku sambil mendekati papah yang sedang duduk menikmati secangkir kopi
buatan bok Surti yang juga baru pulang apel sama mang Ujang tukang sayur. Iiiih … pembokat paling kece gituloh ….
“Ini anak kecil pengen aja …! Sambar
mas Aldi. What … hari gini aku dibilang anak kecil. Oh No … bentar lagi aku kan
ultah yang ke- 17. Mamah dan papah hanya bisa tersenyum simpu melihat tingkah aku
dan mas Aldi. Lagi-lagi mamah dan papah tahu, kalo aku dan mas Aldi anak mereka
yang paling baik (yee … jelas dong, anak
mamah ssama papah kan Cuma kami ber-2).
23.10, My Sleap Room
Ahirnya aku bisa tidur juga. Setelah mamah
dan mas Aldi kehabisan kata ngecengin aku. Semoga setelah aku tertidur, aku
bisa melanjutkan mimpiku ketemu pangeran Hery yang lagi tertidu di istana
Buckinghum (ngarep amat sih aku).
Yang kesekian kainya malam ini aku gagal tidur nyenyak. Telepon gengam Nokia
type 7610-ku yang kata Miranda mirip ketupat sayur (ibilang aja kalo loe ga punya), tiba-tiba berbunyi.
“Hallo … “
“Icha muanis … “teriak Ririe di sebrang sana
yang membuat jantungku hamper copot.
Rasanya baru kali ini ngerasain hal kaya
gitu. Kalo yang teleponya cowok sieh nggak apa-apa. Wah… ko aku jadi mikirin
cowok. Maklum selama ini aku belum pernah pacaran dan ngerasain first kiss (upsst … jadi malu).
”Ca …, Gue seneggg … buanget, tau ngga?”
Katanya, sambil cikikak …
Cikikik ….
“Yaa ... mana aku bisa tau, kamu aja belum
cerita!”
“Tadi aku kepasar,
terus aku ketemu siapa? Ketemu sama Pak Ricki itu loh …” Pak Ricki itu kan guru
matematika di kelas 2 IPA-1, yang kepalanya botak. Terus kenapa Rie bsa seneng
gitu? Kaya abis dapet undian aja. Owh …, yaa … jelas aja dia kegirangan. Aku
selama ini kan tau, kalo Rie suka sama cowok yang kepalanya botak. Katanya sih
… kaya Markus Haris Maulana, yang macho gitu (tapi say… dia kan udah punya bini!). Boleh juga sih, biar itu guru
nggak galak-galak dikelas alias luluh lantah …, cie … kaya lagunya Samson.
v
15 Februari 2006
07.50, My Sweet Bina Bangsa
Papah , Mamah, dan mas Aldi yang harus
ngejemput Lovers , pagi ini tidak bisa mengantarkan aku kesekolah. Selain aku
tadi bangun kesiangan gara – gara ada setan kepala botak curhat, uppst … sory
Rie keceplosan. Aku juga sempat rebutan kunci mobil sama mas Aldi,jadinya aku
kesiangan deh….
“Pagi pak …! Sambil kuangkat tanganku didepan
pak Yoga. Pak Yoga itu memang baik. Tapi , karena kumisnya yang berdiri lebat
tertiup angin tiu, semua siswa Bina Bangsa takut sama satpam sekolah yangs atu
ini. Pak Yoga memang bisa kuatasi, tidak dengan Bu Miranda. Guru BP ini lebih
menakutkan . Apa lagi kalo ada siswa telat kaya aku, abis dah riwayatku.
Bendera merah putih kebanggaan negeri ini serasa miliku sendiri. Pasti tau apa
yang sedang kulakukan? Yaa … orang semua pandangan mata di balik jendela kelas
tertuju padaku.
“Rie …, duh … kuliku kebakar nie, mana aku
belum laku lagi” suara seseorang ngecengin aku di pintu kelas 2 IPA-1. Siapa
lagi kalo Bukan Ririe dan Abel, teman dekatku yang jail dan sok punya misi
penting untuk menjadi Miss Bina Bangsa tahun 2011. Dan mereka punya misi yang
nggak kalah hebat, yaitu menjatohkan Miranda (Miranda yang ngatain HP kupat
sayur itu loh).
“Selamat menikmati ya nona manis …!”Mereka
kembali meneriakan kata-kata yang bikin aku aga gimana gitu. Awas aja …, hari
ini kalian nggak dpat jatah dari aku.
Terik mata hari ini semakin menusuk kulitku.
Kalo begini aku bisa ketinggalan mata pelajaran sosiologi, tiu kan pelajaran
paforitku. Selang beberapa detik. Terlihat diujung sana, Bu Miranda membawa seorang
siswa cowok yang nasibnya sama seperti aku. Wuhh … ternyata masih ada yang
lebih siang lagi dari aku.
“Berdiri… dan angkat tanganya” teriak Bu
Miranda sama cowok disampingku. Yang kudengar lebih keras dari suara singa
maksudnya singa berbulu domba , he … he … he …
“Maricha …, kenapa kamu senyam senyum”
ternyata dia memperhatikan senyum simpuku.
“Dan … kamu Reza, jangan macam-macam sama
ibu”
“Ok, Bu …” jawab cowok disampingku.
Owhhh … cowok itu namanya Reza. Aku baru tahu
setelah dia bercerita, saat kami mendapat waktu istirahat dar Bu Miranda. Tau
nggak? …, ternyata dia siswa kelas tiga dan salah satu siswa berprestasi
dikelasnya. Reza dihukum bukan karena datang telat (berate dugaanku salah dung… ga papa lah), tapi karena saat
pelajaran Bu Miranda, Reza menemukan selembar kertas yang ngegeletak diatas
tasnya (itu kata Reza, sembari
menyodorkan kertas itu ke tanganku). Dan Bu Miranda melihatnya. Ya kira-kira isinya seperti ini:
Reza saying,,
Sebulan
lalu tepatnya saat kegiatan Rekreasi Alam, saat itu kita terjebak dihutan . Dan
saat itu juga turun hujan, akhirnya kita berteduh dan tertidur disebuah gubuk
tua ditengah hutan itu. Tapi, tanpa sadar kita telah melalukan sesuatu yang
tidak terpikir di pikiran kita. Dan aku meminta kamu mau mempertanggung jawabkan
semuanya,
Aku sayang
kamu
M………………..
Aku merasa
ngeri juga. Ternyata aku baru ingat, kalo cowok yang baru kukenal beberapa
menit lalu adalah ketua panitia kegiatan Rekreasi Alam Gunung Pulosari yang
diadakan Oleh Bina Bangsa sebulan lalu. Kenapa sih Ca kamu Lola banget….! So
baru kali ini juga aku bisa respek saat dekat sama cowok…., mugkin karena
senasib (korban Bu Miranda).Terpikir dalam
benaku mugkin ada yang mau ngerjain Reza atau suka sama dia? Duhhh … aku mikir
apa sih? Ga mutu kali bu. Tapi memang pantas kalo kejadianya seperti itu.
Kuperhatikan, Reza memang ganteng, tinggi, putih, dan pintar. Mudah-mudahan dia
bukan cowok mata keranjang (ngarep abis
nie aku…). Tapi kalo dilihat dari tingkahnya, Dia nggak tuh …, mungkin …!
07.50, GOOD BAY Bina Bangsa…
“Wkwkwkwkwk…………” Rie dan Abel masih saja
mentertawakanku.
“O’a hari ini kalian pulang berdua, terserah
mau ke Mall atau nyari makan siang …” aku pamitan sama mereka.
“Terus … kapan Ca ceritanya? Ga sabar nie…!
Abel teriak-teriak kearahku. Aku terus berjalan menyusuri trotoar jalan menuju
Halte Bus tua di samping kanan Gerbang Bina Bangsa. Karena hari ini mamah udah
janji mau nganter aku ke Counter HP. Kalian tau apa yang dilakukan? So ternyata
mamah suruh aku untuk mengganti batre HP-ku. Mah … mah … kenapa gak sekalian
sama HP-nya. Pelit banget sih … (dikit doing ding).
v
19.15, My Sweet House
Capek, laper, itu yang kurasakan saat tiba di
rumah. Kulihat papah sibuk dengan computer tabletnya dan si super jail sibuk
dengan play station tiganya. Aku langsung naik tangga menuju lantai dua.
Alhamdullah …, ternyata Bok Surti sudah merapihkan kamarku. Walaupun mamah sih
melarang pembantu melakukanya, katanya sih biar aku rajin ngurus kamar aku
sendiri.
“Anak manja …, dipanggil mamah tuh…” Suara
yang tidak asing kudengar. Siapa lagi kalo bukan mas Aldi.
Aku langsung
meluncur ke bawah dengan megenakan celana selutut dan kaos oblong hello kity
paforitkku. So jangan ketinggalan sandal rumahku dengan kepala kucingnya, biar
aku kelihatan cantik (oooo…. So sweet).Duhhh
… mamah nyuruh aku bantuin Bok Surti masak. Gimana ni? Aku kan ga bisa masak.
Tapi … kata papah anak cewe harus pinter masak, makanya papah suka sama mamah,
karena masakan mamah enak (itu sieh kata
papah aja…).
“Sayang… ada telepon buat kamu…!” teriak
papah dari ruang tengah.
“Dari siapa pah?”
“Ya, mana papah tau saying …”
“Mungkin dari teman cowok kamu kali ca …” itu
menurut mamah.
“Apa? Aldi nggak salah denger mah?, mana ada
cowok yang mau sama cewe galak kaya icha” Dengan wajah pura-pura kagetnya, mas
Aldi ngecengin aku lagi. Ia … juga sih selama ini aku selalu galak kalo dekat
sama cowok, soalnya waktu kecil aku pernah dipukul Udin anak Bok Surti waktu
kecil. He … he … he …, tapi lain ceritanya kalo sama Reza (suuiiit … suuiit).
Kayaknya aku sudah mulai merasakan cinta pandangan pertama. Apa lagi senyuman
manisnya yang nggak bayang.
“Hallo … hallo … hallo …! Kudengar suara
disebrang sana.
“Ia …, maaf ini siapa?”
“ini Maricha yah …?”
“ Ia, benar, tapi ini dengan siapa?”
“Ini aku …, pengagumu yang akan
selalu member senyuman manis untukmu …”
Tiiiiiitt … tiiiiit …, eh teleponya madimatiin. Dia kan belum ngasih
tau namanya. Tapi aneh … ko dia berkata seperti itu tadi dan dari mana dia tau
nomor telepon rumahku???... Ahhh … masabodo.
Waktu sudah menujukan pukul 20.15 waktu sweet
house. Nasi, ayam bakar, tempe goreng, sambal, pepes ikan dan orage jus sudah
tersaji dengan rapih. Aku, mamah, papah, dan mas Aldi langsung menyantap
hidangan makan malam yang lejat itu. Tak ketinggalan Bok Surti dan Pak Bejo
supir papah bergabung dengan kami. Mamah memang tidak pernah membeda-bedakan
antara keluarga dengan pembantu. Karena kata mamah rocker juga manusia. Upssst
… salah maksud aku pembantu juga manusia. Ha … ha … ha …
00.15, My Sleap Room
Kamar tidur yang nyaman sering membuat aku
lupa. Mulai dari mengerjakan tugas sekolah, sampai lupa kalo aku belum
sembahyang. Hmm … kenapa ya? Ko tiba-tiba aku ingat sama Reza. Apa ini karena
senyumnya yang manis itu…, ah … ngapain juga aku mikirin dia, dia juga belum
tentu mirin aku atau … mungkin sudah lupa sama aku. Tapi, dia satu-satunya
cowok yang bikin aku respek banget. Duh … aku ini, mikirin apa lagi sih? Aneh
…!
Drtttttttttttt … drrrrrrrrrrrrrt ..., hp-ku
bergetar.
Dari:
081723423412
Text: Malam
Ca …!
Mf nie gaggu kamu tdur,
Q cma mau ngcpin met mlm …
Duhhh
… siapa lagi sih ini. Perasaan temanku nggak ada yang ganti No HP? ahh … bikin
aku penasaran saja. Lebih baik aku tanyau aja kali, ya …
Dari: Maricha
2 ipa-1
Text: makba
…
Maaf, Ni CPA???
Huuuwhhh
……. Dijawab engga yah …
Dari:
081723423412
Text: q Reza
…
Waww
… dia berani sms aku. Tapi kok dia bisa tahu no aku. Tapi, mungkin dia tahu
dari teman-temanku. Aku sebenarnya nggak keberatan sih berteman atau kenal sama
Reza. Ahh … mataku sudah berat dan kepalaku sudah pusing mungkin ini tandanya
aku harus tidur.
v
19 Februari 2006
10.15, My Sweet Seventeen Cantin
Hari sabtu Bina Bangsa belajar
sampai jam 12.00. Sebelum pulang, aku dan Rie juga Abel pergi kekantin
dibelakang sekolah. Ngapai lagi? Kalo bukan untuk menikmati mie goreng terasi
pak Paijo. Selain harga makanan di kantin ini murah plus-plus, disini banyak
cerita lucu. Berawal dari diputusinya Abel sama hony sweetnya yang bernama
Thomas, gara-gara tanpa sengaja abel nginjak kakinya. Yang kedua Ririe baca
puisi sambil makan bakwan untuk cowok bernama wiliams siswa pindahan dari Amrik
(Ga kebayang suara Ririe kaya apa).
Dan aku pernah jatuh, gara-gara Ariel narik kursiku (bukan Aril peterpen kali …). Dan paling apes Miranda itu loh roknya
sampe sobek kena paku (duhh … untuk non
yang satu ini kayanya kaga level main di sini).
“Cha
kapan mau cerita?”
“Cerita apa?”
“Ye …, masa cerita tentang
pembokat loe!” Rie nyeletuk.
“Owh … cerita cowok itu”.
Akupun
menceritakan kejadian seminggu ini mulai dari aku kesiangan sampai Reza
ngajakin makan di cape. Ihhh … romantisnya.
“Berarti Reza udah pernah
ngebuntingin anak orang?” Tanya Abel dengan suara nyaring muka lugunya. Duhh …
bel jangan keras-keras. Ini kan belum tentu benar. Gini malesnya cerita sama
mereka belum apa-apa udah sok tahu. So mereka tetap sahabat terbaiku. Akupun
berusaha menjelaskannya pada mereka.
“Tapi Ca …, aku pernah denger. Ternyata
di kelas tiga IPA ada yang suka sama dia”
“Siapa Rie…?”
“Siapa lagi kalo bukan Miss BB
ALIAS Miranda yang so cantik itu”(padahal
mang cantik … biktinya jadi Miss BB).
Tidak terasa obrolan aku sama mereka sudah
kemana-mana. Bel tanda masukpun teriak kembali. Kami bertiga segera beranjak
dari tempat itu. Sesuatu yang tidak kuduga, di seberang sana lebih tepatnya di
depan kelas 3 IPA-1, sosok cowok
tersenyum kearahku. Siapa lagi kalo bukan Reza. Za … senyumu manis banget sih.
Tapi disamping itu ada seorang cewe yang memandangku dengan mata sedikit tajam,
pandangan itu seolah berkata kalo aku tidak boleh membalas senyuman manis Reza.
Akupun langsung masuk kedalam kelas yang kebetulan Pak Yoga sudah stanby.
Setelah aku piker-pikir cewe tadi itu kan Miranda, terus ada apa dia
memandangku seperti itu. Kemudian Abel membisikan ketelingaku.
“Weyyy … jangan ngelamun aja, pak Yoga
ngelihatin loe terur tuh …!”
“Iya … dia gak bakalan berani sama Aku”
Tenggg … tenggg …, bel berbunyi. Saatnya
pulang. Lagi-lagi sekian kalinya aku harus pulang sendiri. Tapi so … nggak
masalah karena mobil Jass-berwarna putih itu sudah bisa kurebut dari mas Aldi. Dan aku
segera menepati janjiku sama Reza untuk ketemu di Sweet cape and Resto.
14.15, Sweet Cape AND Resto
Aku sempat pusing mencari tempat yang di
bilang Reza. Selain tempatnya yang lumayan jauh dari keramaian Kota, tempat ini
juga sedikit memasuki taman-taman yang memiliki pohon-pohon besar di sepanjang
jalan masuk. Tempatnya sih tidak begitu besar tapi keindahanya membuat aku
takjub. Karena tempatnya yang keren banget dan mengapung di bibir pantai
suasana eksoutis menjadi andalan ditempat ini. Kok Reza bisa yah membawa aku
ketempat ini? Yaa … mungkin dia menginginkan suasana berbeda. Tapi kan, saat
ini aku bukan siapa –siapanya Reza? Hahh … ngapai juga aku mikirin hal itu.
“Hayy …, Cha disini …!” Kulihat
reza melambai-lambaikan tangannya kearahku, yaa … memang disitu hanya ada aku.
Langkah demi langkah. Tempat ini megingatkan aku kemasa lalu. Kalo tidak salah
aku pernah ketempat ini sebelumnya. Kapan yah?, ohh ia … kalo tidak salah papah
sama mamah pernah ngajak aku kesini ,waktu umurku masih sepuluh tahun dan waktu
itu aku ngerayain ulangtahunku.
“Silahkan duduk non …!”
“Ia, makasih Za …”
“Za, aku boleh Tanya sesuatu
ennga?”
“Ngomong aja kali, ga usah pke
ijin segala …”
Aneh,
tadi menyambutku dengan lemah lembut sekarang sewot sama aku. Apa dia kesambet
setan pantai ya? Ah … bomat.
“Bercanda kali Cha …, kok kamu
takut gitu”
“Za …, apa bener Miranda pacar
kamu?”
“Bukan, emang dia ngejar2 aku …,
emang Miranda berbuat sesuatu sama kamu Cha?!”
“Ooohhh …, angga sama sekali.
Dan terus masalah di surat itu, apa bener kamu pernah melakukanya sama cewek
berinisial M itu?”
Tiba-tiba saja reja menundukan
kepalanya. Ahhh …, apa aku bikin dia
sedih bertanya seperti itu. Tapi aku jauh-jauh datang kesini untuk menanyakan
hal itu.
“Cha mungin semua menuduhku seperti itu.
Tapi, demi tuhan aku tidak pernah melakukannya. Kalopun aku gegabah melakukan
hal itu, itu dengan orang yang aku cintai. Sedangkan aku … saat ini tidak
satupuakun cewek yang kupacari.”
Aku merasa sedikit terharu mendengar
penjelasan Reza. Walaupun Kita baru kenal, tapi Reza sudah Mau terbuka tentang
masalahnya sama aku. Andaikan aku bisa menolong dia, apapun akan kulakukan demi
senyumnya yang manis itu. Dan sedikit demi sedikit senyumannya yang manis itu
mulai bisa kulihat lagi. Matanya sangat tajam memandang lautan luas . aku juga
bingung haru ngelakkuin apa. Waktu sudah sore aku harus segera pulang, kalo
tidak papah bisa ngambek.
“Za … pulang yuk udah sore”
“Ayo …”lagi-lagi senyumnya membuat aku ingin
setiap saat memandang wajahnya yang putih bercahaya itu (hmmm … maksudnya bukan bercahaya seperti lampu). Kali ini reza yang
menyetir mobilku. Perjalanan begitu memakan waktu dan melelahkan. Mungkin orang
rumah sudah menghawatirkanku jam segini belum pulang. Ya, sih … jam hello
kity-ku sudah menunjukan pukul 17.00.
Beberepa menit kemudian, Reza menginjsk rem.
Lalu berhenti disebuah rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinngi, dan
halaman yang luas sangat trlihat dari kaca mobil yang terbuka. Dan apa yang terbersit dipikiranku saat ini,
wahh … Reza anak orang kaya, pantesan Miranda ngejar-ngejar dia. Tapi aku juga
baru tau sekarang sih …, soalnya Reza sangat sederhana orangnya. Dan paling
penting, dia nggak mau bawa mobil sendiri kesekolahan. Padahal, tuhhhh … lihat
mobilnya banyak Bo …!
“Ayo Cha masuk …!”
“Maksih Za, tapi waktu sudah malam, ntar
papah marah sama aku …”
“Ayooo …, ntar aku yang bilang sama papah
kamu”
“Emang kamu kenal sama papah aku?”
“Kan nanti dikelain sama kamu, masa nggak
boleh kenal sama camer alias calon mertua, He
... He …” Reza begitu percaya diri berbicara seperti itu sama aku. Hal
ini bikin aku bingung saja apa maksud dari kata-kata dia barusan.
Betu masuk kedalam rumah Reza, perasan kaget
menerpa ku. Seorang sosok wanita separuh baya yang tidak asing dipikiranku.
Kayaknya aku pernah mengenal nenek itu. Sekian ribu pertanyaan mulai menerpa
pikiranku. Dan hal ini terjadi begitu saja saat aku mengenal reza. Ya tuhan,
apa sebenarnya yang terjadi? Aku jadi pengen nagis hikh … hikh …, kaga jadi lah
malu kalo ketahuan Reza. Dan aku sempat kaget, tiba-tiba saja Reza muncul
dibelakangku dan tangan halusnya memegang kedua pundaku (duhhh… wangi farpum mahalnya kian dekat kuhiru, rasanya pgen dipeluk,
wkwkwkwkkw …).
“Dia itu neneku, kami tinggal ber-2, papah
mamah aku sibuk di inggris”
“Ooo … gitu:
Kasihan dia. Kemewahan yang dimiliki tidak
membuat dia hidup reza sempurna. Aku sedikit beruntung kedua ortu aku dekat di
samping aku. Akhirnya aku pamitan. Kebetulan atau tidak, aku bertemu Abel dan
Ririe di gerbang Komplek perumahan. Akhirnya aku gelagapan harus jawab apa?
Kalo mereka bertanya yang aneh-aneh.
“Icha …, kamu dari mana malam-malam gini?
“Aku dari rumah Reza …” aku menjawab jujur
sama mereka. Dan ini kesempatan aku untuk ngajak mereka. Jadi, aku bisa punya
alasan, kenapa aku pulang malam, jadi papah ngak marah deh Sama aku … (sekalian mereka nebeng juga kali Bo …!).
23.15, My Sweet House
Gawat papah ada didepan rumah. Ngapain yah?
Jangan-jangan mau marahin aku, duhh … gimana nih? Ayooo … Cha kamu pasti bisa.
Yang pasti senjata paling ampuh itu adalah mereka berdua. Tapi, aku lupa koling
mereka.
“Cha … kok malam gini baru pulang?, abis
ngapai”
“Aku …!”
“Abis ngerjain tugas kelompok om …” sambar
Ririe. Tumben banget tuh anak engga lola, biasanya kan yang ada dipikirannya
hanya satu kata Hony sweety Wiliams (tapi
kaga seganteng pangeran Wiliams inggir itu juga kali …). Mereka pulang dan
aku sudah kangen dengan bantal love-ku yang dikasi orang misterius. Lagian
besoknya aku haru ikut kepantai sama mas Aldi dan Bak Maya (yang penting aku nggak jadi orang ketiga,
Kan setan hik … hik …!).
v
20 Februari 2010
10.15, Sweet Anyer on the Beatiful
Beach
Kurang lebih tiga jam perjalana. Aku, kakaku
yang super ganteng dan bentar lagi mau wisuda untuk gelar sarjana komputernya,
dan bak Maya sang pujaan hatinya yang selalu ditengteng-tengteng terus, sampai
disebuah hotel berbintang Lima ternama.”Welcome
to Marbela Hotel and reasort
Anyer”, hanya tulisan itu yang sempat kubaca. Pantainya sangat menakjubkan,
saying Reza tidak bisa ikut karena harus menjemput ortunya di Airport. HP-ku
berbunyi.
“Hallo Cha …., dimana?”
“Aku di ANYER, “
“Ok …, aku akan kesana”
“Yaa …, aku tunggu Za!”
Ternyata Reza menepati janjinya. Dia menyusul
aku sekarang. Dan, benar saja beberapajam kemudian terlihat sebuah mobil Jazz berplatno B 1237 A perécis seperti mobilku , parkir di depan hotel . Duhh …
Za kamu ganteng sekali hari ini (basa-basi
kali Bo).
“Selamat siang semuanya …!”
“Reza …” Mas Aldi terheran-heran melihat
siapa yang datang bersamaku. Begitupun dengan Reza.
“Mas Aldi …, Bak Maya …”
“Sejak kapan kamu kenal Reza Cha?”
“Baru, mungkin satu minggu lebih …!”
“Terus kenapa? Nggak pernah cerita?”
Aku jadi malu sama mas Aldi. Dan lagi-lagi
Reza hanya bisa tersenyum melihat aku ditanya-tanya sama abangku yang sok hakim
persidangan aja (cita-citanya sih …).
Dan parahnya lagi ternyata Reza satu Tim di Forum Basket Bina Bngsa (ya jelek-jelek gitu mas Aldi alumni BB juga
kali …). Kami berempat hari menghabiskan waktu untuk berenamg. Kulihat mas
Aldi yang nggak mau jauh dar bak Maya. Dan Reza dengan celana pantainya
terlihat seperti Bread Fit, abis guanteng buanget ….!. Hari sudah sore. Kita
hari harus balik ke Jakarta. Dan, rasanya aku nggak kepengen pulang.... Bay-bay
Anyer beach.
23.15, My Sweet House
Sepanjang perjalanan yang melelahkan,
akhirnya nyampe juga. Tapi rumah terlihat sepi. Mas Aldi naganterin Bak Maya.
Duh mamah papah kemana sie, oh ia … aku hampir lupa memepersilahkan cowok
disampingku masuk. Tapi Bok Surti juga nggak ada, nngak salah lagi pasti lagi
apel sama tukang sayur sok ganteng itu. Hmm … aku jadi grogi berdua dirumah
sama dia. Perkenalanku sama Reza belum lama sieh tapi hati ini mulai berharap,
cie … cie …!
“Za kamu kok benggong?”
“Aku engga apa-apa Cha …” sambil tersenyum
dan mengangkat sedikit bahunya.
Kalo aku boleh aku jujur sama dia. Sebenarnya
aku mulai gereget sama Reza. Tapi, aku gereget kenapa yuah …!. Bel rumah
berbunyi. Siapa yang datang?
“Icha … aku datang”. Nggak salah
lagi itu suara mereka, siapa lagi yang berani namu sambil teriak-teriak
dirumahku kalo bukan Ririe dan Abel. Mau ngapain mereka?kok nggak ngasih tahu
kalo mau ke rumah.
“Cha udah siap?”
“Mau kemana?”
“Katanya kita mau ke salon
langganan mamahku …!”
Dah jadi malu Sama Reza. Aku kan pernah
cerita sama dia kalo aku paling nggak suka pergi ke salon apa lagi dandan. Makanya
aku cantik alami (ehm … ehm … sebenarnya
ini demi Reza loe …) tpi pleas Rie …, Bel … jangan bilang dekat dia. Aku
jadi malu nie.
“Ya udah Cha … aku pulang dulu!”
“Oh ia hati-hati yah Za …”
“Wah kayaknya ada cinta
pandangan pertama nie Bel ...” lagi-lagi
Rie ngecengin aku. Awas yah kalian. Huuh … Capek juga.
“Cha kita punya kabar gembira
nie …”
“Kabar gembira apa nie …?”
“Tau nggak, Ariel udah balik ke indo tau …”
“Whaat … Bel?”
“Ia …, katanya sih papahnya ditugaskan lagi
di kedubes amerika untuk Indonesia lagi. Dan ta yang paling penting, dia mau
masuk Bina Bangsa lagi. Udah kebayang kan … cewek-cewek bina bangsa histerisnya
kaya gimana”
Ariel balik ke Indonesia. Wah... Ini bisa
gawat. Ariel itu temanku waktu dikelas satu. Dia dulu ngebet banget suka sama
aku. Tapi, aku enggak mau karena dia udah punya banyak cewek. Orangnya ganteng
juga sieh, Yaa … nggak jauh beda sama Reza lah. Semoga kedatanganku tidak
membuat dia ingat masa lalu.
“Loeh … Cha kok malah ngelamun?, Ya udah kita
berdua balik dulu”. Ririe sama Abel pamitan pulang. Dahh … aku sendirian lagi
dong. Daripada aku nugguin orangrumah pada pulang mendingan aku tidur duluan.
Tidur sebelum melepas sepatu sakah satu kebiasaanku, makanya jangan heran kalo
mamah harus nyuruh aku bangun malam-malam. Suara sms di Hand phone –ku
berbunyi.
Dari:
085677774512
Text: malam
nona,
Apa kabar nie?
Samapi ketemu di BB YUAH …!
Nomber kontak baru. Siapa nie? Jamgan –jangan
Ariel? Tapi tahu dari siapa dia no-ku. Ahh … mudah-mudahan pikiranku salah.
Tidur ahhh …!
v
17 Juni 2006
13.15, Sweet Bina bangsa
Hari ini anak kelas tiga pengumuman kelulusan
ujian nasional. Tapi, siswa kelas satu dan dua tidak diliburkan. Jadi …, aku
bisa ngelihat senyuman manis Reza saat kelulusan nanti. Lima bulan bukan waktu
yang singkat buat perkenalan aku sama dia, dan itu sudah membuat aku merasa
nyaman didekat Reza. Yaa … walaupun Mas Aldi, papah, mamah dan si kecil Alif
suka ngecengin aku kalo Reza main ke rumah. Malahan papah suka manggil Reza
anak menantu papah. Aneh kan …? Padahal samapai detik ini Reza belum pernah
bilang suka apalagi cinta sama aku, duh … kapan yah? Kok kita temenan terus.
“Rie …, Bel … sini” aku memanggil dua temanku
yang imut-imut itu,( ye … itu juga kata
mereka kali).
“Kekantin Yuk Cha …”
“Duluan aja aku nungguin Reza nie …”
“Owh … ya udah kita kekantin duluan yah …
Jam segini Reza belum datang. Pembagian kelulusan
sebentar lagi. Nah, di samping perpustakaan, aku melihat orang berkecamata.
Kalo nggak salah namanya Andra. Dia tetangga sekaligus Temannya Reza.
“Hai …, Andara yah? Reza-nya mana?”
“Ia, aku Andara, Reza ke Airport dulu nganterin
bokanya”
“Owh …”
“Kamu temanya Reza?”
“Ya,
aku Icha temenya Reza …”
“Bukanya
Icha itu pacarnya yah …” andra sambil garuk-garuk kepala
Whatss?
Reza bilang ke andra kalo kau ini pacanya … duh aku jadi nggak ngerti apa
maksud andra tadi. Apa mungkin selama ini Reza selama ini menggangap kedekatan
aku sama dia itu pacaran? Ohhh apa aku tadi salah denger kali. Ahh sudahlah
buat apa aku mikir kayak gitu.
Menunggu
Reza hari ini sangat membosankan. Akhirnya aku dan Rie juga Abel pulang. Di
depan gerbang sempat kulihat mobil Reza sedang parker, tapi aku sudah janji
sama dua sahabat baiku untuk menemani mereka ke Mall. Dan Reza juga nggak
melihat aku, dan itu artinya dia juga nggak bakalan marah aku ditinggalin.
Lagian aku sudah tiga jam nungguin dia. He … he … yang paenting aku sudah
melihat sedikit senyum manisnya di parkiran, yaa walaupun kurang jelas.
16.15, Sweet Quin Park
Suasana sore di Quin Park memang indah. Taman
yang letaknya didekat danau ini, bisa bikin aku berasa di kepulauan karibia.
Nama sebenarnya sih bukan Quin Park. Tapi, Abel si nona yang punya ini rumah mimpi
jadi seorang ratu makanya Taman belakang rumahnya yang asri ini dia berinama
Quin Park. Biasnaya kalo abis pulang sekolah dan ngerjain tugas kelompok kaita
pergi ke rumah Abel. Selain rumahnya Asri, banyak makanan. Jadi, Rie nggak usah
repot kelaperan. Lihat aja Ririe asik dengan Brounisnya dan Abel Asik bermain
dengan Si Manies kucing peliharaanya.
“Cha hp kamu berbunyi tuh …” teriak Abel dari
dalam rumah. Reza meneleponku.
“Hallo …”
“Cha … aku lulus dengan nilai memuaskan, ha …
ha …!” teriak suara disebrang sana.
“Horeeeeeeeeeeeeee …!”
Kulihat kedu sahabatku yang sedang asik
melihat kearahku dengan raut muka yang sedikit heran. Duhh aku juga sih. Reza
yang lulus, kenapa jadi aku yang teriak kencang sampai-sampai kucing Abel lari.
Sampai aku lupa dengan orang yang ada disebrang sana.
“Alhamdullilah …, bagus kalo gitu”
“Ia …, pasti mamahku seneng banget
mendengarnya, dan mengijinkan aku sekolah di Londen”
Tanpa sengaja kumatikan teleponya. Apa yang
sudah kudenger tadi. Reza mau nerusin kulliah di Londen. Berarti aku Akan
kehilangan dia dan senyumnya yang selalu membuat aku selalu ingin disampingnya.
Perasaanku mulai koyah tak karuan. Bahkan aku pulang tanpa pamit sama Abel dan
Ririe. Kukemudikan mobil dengan kencang tanpa rasa takut akan bahaya. Kenapa perasaanku
seperti ini? Padahal harusnya aku seneng dia lulus dengan nilai terbaik.
17.15, My Sweet House
Orang rumah sedang berkumpul di
sopa tengah. Aku enngak boleh terlihat loyo. Tapi, aku juga nggak bisa
tersenyum apalagi kalo Mas Aldi tahu kalo aku …. Ah bodo amat.
“Asalamualaikum …”
“Walaikum salam …,”
“Gimana … dengan kelulusan
Reza?” papah pake Tanya-tanya segala lagi.
“Nilai terbaik se-BB …, tapi bentar lagi dia
mau pergi ke Londen”
“Berarti, ade mas yang satu ini bakal patah
hati dong …” lagi-lagi mas Aldi ngecengin aku. Dia Kan tahu kalo selama ini aku
suka sama Reza. Dan aku nggak mungkin mencegah keberangkatan Reza untuk pergi
ke Londen. Kulihat Bok Surti membuka pintu depan. Dan …
“Selamat malam Om, tante, mas Aldi …!”
Reza?
Ngapain dia kesini? Jangan-jangan dia mau bilang atau nanya kenapa tadi aku
memutus teleponya. Atau, mau ngasih salam perpisahan. Ahh … masuk kekamar aja.
Kalo aku ters didini nanti jadi objek obrolan mereka lagi.
“Cha …, loh … kok Rezanya
ditinggal”
“Tau ahh …, Icha ngantuk banget
nie …”.
Dari lantai dua, aku tidak bisa mengalihkan
pandanganku sama Reza yang asik ngobrol sama papah, mamah, dam mas Aldi selalu
tersenyum. Mungkin kalo dia udah pergi ke negeri pangeran wiliams, aku bakal
kesepian. Oooowwhhh tidak kan masih ada Abel dan Ririe, yaa … tenang masih ada
mereka. Tapi, meeka senyumnya tidak semanis dia …!
28 Juni 2006
06.45, Sweet Airport…
Pagi-pagi buta Alif sudah mengoyang-goyangkan
badanku yang masih tertidur pulas. Pasti ini suruhan mamah? Sama siapa lagi
adiku yang imut itu bisa nurut selai sama mamah.
“Sayang bagun, kamu kan harus nganter Reza ke
Airport loeh …” astaga untung aja mamah ngingetin. Reza hari ini, pukul delapan
mau terbang ke London. Aku harus cepat-cepat mandi, sarapan dan manasin mobil,
kalo tidaj … bisa-bisa aku ketinggalan sama Abel dan Rie yang juga mau ikut
nganter Reza.
Mobilku sudah samapai di depan bandara
internasional. Tapi tak satupun aku melihat teman-temanku maupun Reza. Apa aku
terlambat? Ohh … tidak mungkin. Tanpa kusadari aku mengenakan baju yang kemarin
ku pakai (pantesan bau gimana gitu …).
Aku lansung berlari di terminal dua keberangkatan pesawat Jakarta – London.
Suara pesawat take of pesawat membuat perasaanku semakin aneh saja. Apa yang
terjadi? Aku hanya melihat Abel dan Ririe ditempat itu dengan muka yang sedikit
kusam (mungkin mereka mggak sempat mandi
bo …).
“Bel mana Reza …”
“Reza … Reza … Reza .., sudah terbang …”
Disaat itu pula perasaanku nggak karuan.
Senyumanya semalam menjadi perpisahan buat aku. Dan dia hanya menitipkan sebuah
Surat kecil pada Ririe. Kurang lebih isinya seperti ini:
To: Maricha
Aku pergi untuk selamanya, dan aku tahu itu …
Dari
awal aku bertemu kamu, ada disampingku, melihat senyumu, dan waktumu untuk aku.
Dan aku sadar kini tidak ada lagi waktu untuk
kita bersama, untuk saling jujur, saling mengisi seperti yang hati kita inginkan.
Tuhan memberiku cinta dan memberiku kasih
serta hidup itu hanya untukmu. Tapi sang waktu memang tak pernah adil.
Aku cinta kamu … dan aku sayang sama kamu …
Andai suatu saat aku melihat ada bintang
jatuh satu hal yang kupinta tuhan mempertemukan kembali aku denganmu demi hati
kita
By Reza Pahlevi
28 Juli 2007
09.45, My Sweet Bad ROOM…
Semenjak Reza pergi ke Londen. Sampai
keseribu kali kubaca Surat ini. Tak ada satu katapun pesan yang dia kirimkan.
Dan kalian tau bahkan aku mencari beribu cara untuk mengobati dan berusaha
melupakanya. Mulai akal aneh kedua sahabatku yang mengadakan ajang pencarian
jodoh sampai Ariel menjadi kekejamanku. Aku juga tak tahu harus mencari Reza
kemana? Londen tidak sekecil pulau seribu. Dan kini aku tinggal berharap tuhan
mempertemukan kami.
“Sayang … jadi enggak ke
butiknya?” seru mamah dari bawah. Aku jadi lupa hari aku mau ngambil baju untuk
pesta topeng disekolah nanti malam. Yaa … pesta topeng itu adalah acara tahunan
sekolah. Yang biasanya diadakan untuk malam perpisahan. Dan pesta topeng
digelar untuk siswa kelas tiga. Dan aku sendiri sebagai siswa yang lulus tahun
ini. Mau tak mau harus mengikutinya. Walaupun aku sekarang merasa bingunng
siapa cowok yang harus aku ajak ke pesta. Areil? Oh … nggak mungkin. Uwwhh …
mau nggak mau, aku harus datang seorang diri. Seoarang . Mobil corolla hitam
yang mamah kemudikan samapai juga dibutik tante intan. Butik paforit mamah,
kata mamah sih koleksinya bagus-bagus yang dikirim dari London. Duh … jadi
inget sama Reza.
“Selamat datang Vina galeri”
sambut salah satu pelayan buti dengan senyum mengembang. Tak lama, datang
seorang pelayan dari ujung kanan berjalan kea rah aku dan mamah. Kulihat dia
membawa satu gaun berwarna merah.
“Selamat hari ini ultah Vina
Galeri … dan ibu pelanggan pertama yang datang, jadi kami memberikan sebuah
gaun special tanpa harus membayar …” Pelayan itu memberikan gaun cantik yang
dibawanya. Aneh bin ajaib ada butik yang mau memberikan gaun semahal itu. Aku
masih saja keliling di area koleksi. Mamah sedang membayar di kasir.
“Eh … ternyata ada yang suka main ke butik
juga…” Miranda muncul dibelakangku. Tahu dia dia jalan Sama siapa? Ariel….
sejak kapan Miranda suka sama ariel. Ahh … bodo amat itu urusan mereka. Dan
tanpa kuladeni aku meninggalkan butik itu Sama mamah.
20.45, Bina Bangsa Fiesta….
Lampu gemerlap. Cahaya lilin menghiasi Taman
Bina Bangsa. Kulihat mereka cantik-cantik dan bahagia bisa bersama dengan orang
terkasih. Ririe akhirnya datang bersama wiliams. Cowok amrik yang dulu bikin
dia mau ngejatuhin diri dari atap gedung sekolah. Dan Abel sama hony sweetnya
yang bernama Thomas itu akhirnya bersatu kembali. Duh … aku gimana? Ya … aku
sendiri aja.
Pesta topeng sudah dimulai. Kulihat
teman-teman asik berdansa. Aku hanya duduk termenung melihat kebahagian orang
banyak itu. Tapi, tiba-tiba pandanganku beralih ke sosok cowok yang berjalan
kearahku. Dengan jas dan topeng serba hitam yang dipakainya membuat aku sulit
mengenali cowok yang saat ini memegang tanganku. Dan … bau parfum itu … ya …
kubuka saja topeng yang dipakainya. Kalian tahu siapa? Dia seseorang yang aku
nantikan, dan saat ini ada disampingku. Reza … siapa lagi selain dia yang
memberikan senyuman cintanya untuku. Dia tidak begitu kesulitan mencari aku. Ya
.. karena gaun merah yang kupakai ternyata pilihan dia yang sengaja dia taro di
butik itu, tapi kok dia tau aku mau datang kesitu? Hmm …
Air mata ini rasanya deras sekali. Dan aku
tidak bisa melepaskan pelukan nya saat ini. Rasanya seperti mimpi. Tapi ini
memang kenyataan. Reza datang untuk menemaniku di pesta topeng. Apa mungkin dia
membuka ribuan email yang kukirimkan untuknya. Dan ada satu kata yang dia
katakana untuk “tidak mungkin aku bisa menolak kehadiranmu dalam hidupku”.
Pestaku semakin membuat aku bahagia. Samapai-sampai tidak terasa waktu sudah
malam. Dan aku harus pulang begitupun dengan Reza. Wahh … mala mini malam yang
paling indah diantara seribu malam yang berlalu.
20.45, My Sweet house…
Reza mengantarku pulang mala ini. Suasana
rumah berbeda seperti biasanya. Dan kalian tau siapa tamu yang ada dirumahku? Yaa
… mereka orang tua Reza. Dan yang paling aku heran ternyata yang datang tante Vina dan om Haries. Jadi berarti Reza itu
teman kecilku dua belas tahun lalu. Owhh … ini diluar akal pikirku. Semua ini
terjadi begitu saja. Aku kenal sama Reza-pun tanpa disengaja. Ini semua
menjawab pertanyaanku. Saat dirumah Reza? Nenek itu? Dan Cape and Resto di
bibir pantai? ternyata benar aku pernah mengalami sebelumya. Dan ternyata mamah
sudah tahu semuaya dari awal. Pantesan mereka dekat banget. Spesialnya ternyata
Reza meminta orangtuanya datang kerumah untuk melamarku. Terus bagaimana dengan
Miranda? Ya surat berinisial M? YA … itu adalah akal-akalan Reza untuk bisa
dekat sama aku. Dasar …!
Dan surfrise … papah dan mamah mengijinkan
aku kuliah di London. Dan aku bisa dekat dengan reza kapanpun dimanapin.
Pengalaman cinta yang aneh. Tapi, membuat aku percaya kekuatan cinta memiliki
kekuatan tanpa lekang oleh waktu ….
v
20 Juli 2011
SWEET LONDON ………………….!!!
Keindahan malam ini tidak kalah
dengan malam empat tahun lalau. Malam ini, Tepat umurku 22 tahun. Suasana sunyi
kota London memberikan warna tersendiri untuku. Mengapa tidak suamiku sudah
menyiapkan pesta sederhana yang begitu romantic untuku. Memberikan senyuman
terindahnya dan sepesial kata yang dulu pernah dia ucapkan untuku. “tidak mungkin aku bisa menolak kehadiranmu
dalam hidupku”. Upsstt mati lampu … tatapan Reza semakin dalam dimataku
senyumannya seolah berkata kalo dia menginginkan untuk menghabiskan malam
berdua. dan meminta sesuatu… Apa itu? Biar kami berdua yang tahu. Pokoknya
smile is love. Dan kalian harus tahu kalo senyuman itu adalah satu cinta yang
tidak perlu kata-kata tetapi pesan dengan ribuan makna .
THE END
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar