......................SELAMAT MENGIKUTI UJIAN TENGAH SEMESTER..........................
...........................Untuk seluruh mahasiswa Universitas Serang Raya Banten.....................

Sabtu, 31 Maret 2012

Cerpen Remaja Ubar Iseng (obat bete)

KETIKA SENYUMNYA DATANG ITU CINTA
 BY Hendra Sue
Sebuah kisah perjalanan cinta seorang Maricha Sama cowok yang punya seribu senyum manis untuknya, perjalanan hidup marisa pun penuh dengan ribuan pertanyaan seputar kejadian yang dialaminya.

Kata penulis
“Ahamdulilah sebuah karya tulis super aneh ini selesai juga. Memang menurutku nggak masuk kategori apapun nie tulisan, so terserah kalian mau bilang kategori APA? Cerpen, ceklit atau apalah tapi gua mengkategorikan cerpen. Yaa …. Walaupun agak panjang juga dan ceritanya membosankan. Dan terimaksih buat teman – teman, some one dan yang tercinta. Semoga kalian bacanya enggak bosan yah …..”

14 Februari 2006
20.10, My Sweet House

Aku duduk termenung di sofa sambil meluruskan kakiku di atas meja. Huwh … sepi banget Ni rumah. Film komedi lucupun tak membuat suasana menjadi ramai. Mamah sedang pergi arisan ke komplek sebelah dan … tanpa meminta aku menemaninya! Yah, karena mamah bilang, itu akan membuat mamah repot. Papah juga baru saja telepon, kalo malam ini akan pulang telat karena harus menyusul mamah untuk pergi ke pesta teman kantor papah. Ye ... kepesta sie kepesta masa aku ditinggalin sendiri.
Aku juga bakal kesepian selama tiga atau empat jam. Berhubung malam ini malam special, Mas Aldi yang biasa gangguin aku, harus rela break beraksi demi mengantarkan sekotak coklat ke rumah sang pujaan hati alias ke rumah bak Maya. Yaa … pacarnya yang ke-100 katanya!.
                Aku nggak heran sih kenapa cewek – cewek cantik di kampusnya termasuk bak Maya bisa suka and pada naksir semua sama dia. Soalnya selain mas Aldi ganteng yang katanya mirip Aldi Fairuz dikit (kata mas Aldi maksudnya), dia juga ketua BEM di fakultasnya. Tapi menurutku mas Aldi cowok yang setia (setiap tikungan ada kali yaa …). Tapi  sayang nasib mas Aldi itu enggak berpihak sama aku. Padahal menurut kedua temanku Ririe dan Abel, aku ini lebih menarik dari mereka, ya nggak sih? Dengan rambutku yang hitam lebat dan postur tubuh lumayan tinggi mereka menyuruh aku ikutan ajang gadis sampul (wah … mimpi kali bu). Secara aku juga lebuh pintar dari mereka. Aku heran kenapa cowok – cowok di Bina Bangsa lebih tertarik pada mereka. Masul akal juga sih …, mereka kan gak pemalu, gak judes dan pake pelet (yang terakhir boong ding …).
Kelamaan nungguin yang lagi seneng-seneng mataku berat juga. Perlahan aku mulai menganyam bulu mataku. Rasanya baru saja aku memejamkan mata ini. Eh, tiba-tiba ada orang menggoyang- goyangkan badanku.
                “Eh … anak manja, kalo tidur dikamar dong …, mamah papah mana?” mas Aldi teriak membangunkanku.
                “Iiihhh … mas Aldi ganggu aja deh… mamah? Papa? Mana Icha tau” jawabku dengan lensa mata yang masih ngeblur. Abis gara-gara mas Aldi, mimpiku ketemu sama pangeran hery  jadi gagal deh.
                “Co … malah bengong …” mas Aldi memukulkan bantal kecil kebadanku. Dasar kaka yang nggak sayang adik. Mana mungkin aku bisa masuk kamar kalo mukanya yang super jail itu masih dihadapanku. Tapi, kalo lama-lama disini aku bisa dimakan tuh sama srigala cinta yang lagi duduk manis sambil mainin BB-nya. Aku menutup pintu kamar, Lalu kumatikan lampu.
                “Icha sayang …!” itu mamah teriak-teriak memanggilku. Aku segera menyalakan lampu, dan turun kebawah.
                “Ia … ada apa mah?” Aku menghampiri mamah yang kerepotan membawa beberapa kantung plastic dengan beberapa merk. ini abis dari pesta? … apa abis belanja? Tau akh.
                “Ca … ini buat kamu, dan ini buat mas Aldi” mamah memberikan kantong pelastik yang berisi satu setel seragam sekolah. Dan memamerkan sebuah dus heand phone buat mas Aldi.
                “Pah … HP baru buat Cha mana? Tanyaku sambil mendekati papah yang sedang duduk menikmati secangkir kopi buatan bok Surti yang juga baru pulang apel sama mang Ujang tukang sayur.  Iiiih … pembokat paling kece gituloh ….
                “Ini anak kecil pengen aja …! Sambar mas Aldi. What … hari gini aku dibilang anak kecil. Oh No … bentar lagi aku kan ultah yang ke- 17. Mamah dan papah hanya bisa tersenyum simpu melihat tingkah aku dan mas Aldi. Lagi-lagi mamah dan papah tahu, kalo aku dan mas Aldi anak mereka yang paling baik (yee … jelas dong, anak mamah ssama papah kan Cuma kami ber-2).

23.10, My Sleap Room

Ahirnya aku bisa tidur juga. Setelah mamah dan mas Aldi kehabisan kata ngecengin aku. Semoga setelah aku tertidur, aku bisa melanjutkan mimpiku ketemu pangeran Hery yang lagi tertidu di istana Buckinghum (ngarep amat sih aku). Yang kesekian kainya malam ini aku gagal tidur nyenyak. Telepon gengam Nokia type 7610-ku yang kata Miranda mirip ketupat sayur (ibilang aja kalo loe ga punya), tiba-tiba berbunyi.
“Hallo … “
“Icha muanis … “teriak Ririe di sebrang sana yang membuat jantungku hamper copot.
Rasanya baru kali ini ngerasain hal kaya gitu. Kalo yang teleponya cowok sieh nggak apa-apa. Wah… ko aku jadi mikirin cowok. Maklum selama ini aku belum pernah pacaran dan ngerasain first kiss (upsst … jadi malu).
”Ca …, Gue seneggg … buanget, tau ngga?” Katanya, sambil cikikak …
 Cikikik ….
“Yaa ... mana aku bisa tau, kamu aja belum cerita!”
“Tadi aku kepasar, terus aku ketemu siapa? Ketemu sama Pak Ricki itu loh …” Pak Ricki itu kan guru matematika di kelas 2 IPA-1, yang kepalanya botak. Terus kenapa Rie bsa seneng gitu? Kaya abis dapet undian aja. Owh …, yaa … jelas aja dia kegirangan. Aku selama ini kan tau, kalo Rie suka sama cowok yang kepalanya botak. Katanya sih … kaya Markus Haris Maulana, yang macho gitu (tapi say… dia kan udah punya bini!). Boleh juga sih, biar itu guru nggak galak-galak dikelas alias luluh lantah …, cie … kaya lagunya Samson.
v   
15 Februari 2006
07.50, My Sweet Bina Bangsa

Papah , Mamah, dan mas Aldi yang harus ngejemput Lovers , pagi ini tidak bisa mengantarkan aku kesekolah. Selain aku tadi bangun kesiangan gara – gara ada setan kepala botak curhat, uppst … sory Rie keceplosan. Aku juga sempat rebutan kunci mobil sama mas Aldi,jadinya aku kesiangan deh….
“Pagi pak …! Sambil kuangkat tanganku didepan pak Yoga. Pak Yoga itu memang baik. Tapi , karena kumisnya yang berdiri lebat tertiup angin tiu, semua siswa Bina Bangsa takut sama satpam sekolah yangs atu ini. Pak Yoga memang bisa kuatasi, tidak dengan Bu Miranda. Guru BP ini lebih menakutkan . Apa lagi kalo ada siswa telat kaya aku, abis dah riwayatku. Bendera merah putih kebanggaan negeri ini serasa miliku sendiri. Pasti tau apa yang sedang kulakukan? Yaa … orang semua pandangan mata di balik jendela kelas tertuju padaku.
“Rie …, duh … kuliku kebakar nie, mana aku belum laku lagi” suara seseorang ngecengin aku di pintu kelas 2 IPA-1. Siapa lagi kalo Bukan Ririe dan Abel, teman dekatku yang jail dan sok punya misi penting untuk menjadi Miss Bina Bangsa tahun 2011. Dan mereka punya misi yang nggak kalah hebat, yaitu menjatohkan Miranda (Miranda yang ngatain  HP kupat sayur itu loh).
“Selamat menikmati ya nona manis …!”Mereka kembali meneriakan kata-kata yang bikin aku aga gimana gitu. Awas aja …, hari ini kalian nggak dpat jatah dari aku.
Terik mata hari ini semakin menusuk kulitku. Kalo begini aku bisa ketinggalan mata pelajaran sosiologi, tiu kan pelajaran paforitku. Selang beberapa detik. Terlihat diujung sana, Bu Miranda membawa seorang siswa cowok yang nasibnya sama seperti aku. Wuhh … ternyata masih ada yang lebih siang lagi dari aku.
“Berdiri… dan angkat tanganya” teriak Bu Miranda sama cowok disampingku. Yang kudengar lebih keras dari suara singa maksudnya singa berbulu domba , he … he … he …
“Maricha …, kenapa kamu senyam senyum” ternyata dia memperhatikan senyum simpuku.
“Dan … kamu Reza, jangan macam-macam sama ibu”
“Ok, Bu …” jawab cowok disampingku.
Owhhh … cowok itu namanya Reza. Aku baru tahu setelah dia bercerita, saat kami mendapat waktu istirahat dar Bu Miranda. Tau nggak? …, ternyata dia siswa kelas tiga dan salah satu siswa berprestasi dikelasnya. Reza dihukum bukan karena datang telat (berate dugaanku salah dung… ga papa lah), tapi karena saat pelajaran Bu Miranda, Reza menemukan selembar kertas yang ngegeletak diatas tasnya (itu kata Reza, sembari menyodorkan kertas itu ke tanganku). Dan Bu Miranda melihatnya. Ya kira-kira isinya seperti ini:
Reza saying,,
Sebulan lalu tepatnya saat kegiatan Rekreasi Alam, saat itu kita terjebak dihutan . Dan saat itu juga turun hujan, akhirnya kita berteduh dan tertidur disebuah gubuk tua ditengah hutan itu. Tapi, tanpa sadar kita telah melalukan sesuatu yang tidak terpikir di pikiran kita. Dan aku meminta kamu mau mempertanggung jawabkan semuanya,
Aku sayang kamu
M………………..
Aku merasa ngeri juga. Ternyata aku baru ingat, kalo cowok yang baru kukenal beberapa menit lalu adalah ketua panitia kegiatan Rekreasi Alam Gunung Pulosari yang diadakan Oleh Bina Bangsa sebulan lalu. Kenapa sih Ca kamu Lola banget….! So baru kali ini juga aku bisa respek saat dekat sama cowok…., mugkin karena senasib (korban Bu Miranda).Terpikir dalam benaku mugkin ada yang mau ngerjain Reza atau suka sama dia? Duhhh … aku mikir apa sih? Ga mutu kali bu. Tapi memang pantas kalo kejadianya seperti itu. Kuperhatikan, Reza memang ganteng, tinggi, putih, dan pintar. Mudah-mudahan dia bukan cowok mata keranjang (ngarep abis nie aku…). Tapi kalo dilihat dari tingkahnya, Dia nggak tuh …, mungkin …!

07.50, GOOD BAY Bina Bangsa…

“Wkwkwkwkwk…………” Rie dan Abel masih saja mentertawakanku.
“O’a hari ini kalian pulang berdua, terserah mau ke Mall atau nyari makan siang …” aku pamitan sama mereka.
“Terus … kapan Ca ceritanya? Ga sabar nie…! Abel teriak-teriak kearahku. Aku terus berjalan menyusuri trotoar jalan menuju Halte Bus tua di samping kanan Gerbang Bina Bangsa. Karena hari ini mamah udah janji mau nganter aku ke Counter HP. Kalian tau apa yang dilakukan? So ternyata mamah suruh aku untuk mengganti batre HP-ku. Mah … mah … kenapa gak sekalian sama HP-nya. Pelit banget sih … (dikit doing ding).
v   

19.15, My Sweet House

Capek, laper, itu yang kurasakan saat tiba di rumah. Kulihat papah sibuk dengan computer tabletnya dan si super jail sibuk dengan play station tiganya. Aku langsung naik tangga menuju lantai dua. Alhamdullah …, ternyata Bok Surti sudah merapihkan kamarku. Walaupun mamah sih melarang pembantu melakukanya, katanya sih biar aku rajin ngurus kamar aku sendiri.
“Anak manja …, dipanggil mamah tuh…” Suara yang tidak asing kudengar. Siapa lagi kalo bukan mas Aldi.
Aku langsung meluncur ke bawah dengan megenakan celana selutut dan kaos oblong hello kity paforitkku. So jangan ketinggalan sandal rumahku dengan kepala kucingnya, biar aku kelihatan cantik (oooo…. So sweet).Duhhh … mamah nyuruh aku bantuin Bok Surti masak. Gimana ni? Aku kan ga bisa masak. Tapi … kata papah anak cewe harus pinter masak, makanya papah suka sama mamah, karena masakan mamah enak (itu sieh kata papah aja…).
“Sayang… ada telepon buat kamu…!” teriak papah dari ruang tengah.
“Dari siapa pah?”
“Ya, mana papah tau saying …”
“Mungkin dari teman cowok kamu kali ca …” itu menurut mamah.
“Apa? Aldi nggak salah denger mah?, mana ada cowok yang mau sama cewe galak kaya icha” Dengan wajah pura-pura kagetnya, mas Aldi ngecengin aku lagi. Ia … juga sih selama ini aku selalu galak kalo dekat sama cowok, soalnya waktu kecil aku pernah dipukul Udin anak Bok Surti waktu kecil. He … he … he …, tapi lain ceritanya kalo sama Reza (suuiiit … suuiit). Kayaknya aku sudah mulai merasakan cinta pandangan pertama. Apa lagi senyuman manisnya yang nggak bayang.
“Hallo … hallo … hallo …! Kudengar suara disebrang sana.
“Ia …, maaf ini siapa?”
“ini Maricha yah …?”
“ Ia, benar, tapi ini dengan siapa?”
“Ini aku …, pengagumu yang akan selalu member senyuman manis untukmu …”
Tiiiiiitt … tiiiiit …, eh teleponya madimatiin. Dia kan belum ngasih tau namanya. Tapi aneh … ko dia berkata seperti itu tadi dan dari mana dia tau nomor telepon rumahku???... Ahhh … masabodo.
Waktu sudah menujukan pukul 20.15 waktu sweet house. Nasi, ayam bakar, tempe goreng, sambal, pepes ikan dan orage jus sudah tersaji dengan rapih. Aku, mamah, papah, dan mas Aldi langsung menyantap hidangan makan malam yang lejat itu. Tak ketinggalan Bok Surti dan Pak Bejo supir papah bergabung dengan kami. Mamah memang tidak pernah membeda-bedakan antara keluarga dengan pembantu. Karena kata mamah rocker juga manusia. Upssst … salah maksud aku pembantu juga manusia. Ha … ha … ha …

00.15, My Sleap Room

Kamar tidur yang nyaman sering membuat aku lupa. Mulai dari mengerjakan tugas sekolah, sampai lupa kalo aku belum sembahyang. Hmm … kenapa ya? Ko tiba-tiba aku ingat sama Reza. Apa ini karena senyumnya yang manis itu…, ah … ngapain juga aku mikirin dia, dia juga belum tentu mirin aku atau … mungkin sudah lupa sama aku. Tapi, dia satu-satunya cowok yang bikin aku respek banget. Duh … aku ini, mikirin apa lagi sih? Aneh …!
Drtttttttttttt … drrrrrrrrrrrrrt ..., hp-ku bergetar.
Dari: 081723423412
Text: Malam Ca …!
          Mf nie gaggu kamu tdur,
         Q cma mau ngcpin met mlm …
Duhhh … siapa lagi sih ini. Perasaan temanku nggak ada yang ganti No HP? ahh … bikin aku penasaran saja. Lebih baik aku tanyau aja kali, ya …
Dari: Maricha 2 ipa-1
Text: makba …
           Maaf, Ni CPA???
Huuuwhhh ……. Dijawab engga yah …
Dari: 081723423412
Text: q Reza …
Waww … dia berani sms aku. Tapi kok dia bisa tahu no aku. Tapi, mungkin dia tahu dari teman-temanku. Aku sebenarnya nggak keberatan sih berteman atau kenal sama Reza. Ahh … mataku sudah berat dan kepalaku sudah pusing mungkin ini tandanya aku harus tidur.

v   



19 Februari 2006
10.15, My Sweet Seventeen Cantin

                Hari sabtu Bina Bangsa belajar sampai jam 12.00. Sebelum pulang, aku dan Rie juga Abel pergi kekantin dibelakang sekolah. Ngapai lagi? Kalo bukan untuk menikmati mie goreng terasi pak Paijo. Selain harga makanan di kantin ini murah plus-plus, disini banyak cerita lucu. Berawal dari diputusinya Abel sama hony sweetnya yang bernama Thomas, gara-gara tanpa sengaja abel nginjak kakinya. Yang kedua Ririe baca puisi sambil makan bakwan untuk cowok bernama wiliams siswa pindahan dari Amrik (Ga kebayang suara Ririe kaya apa). Dan aku pernah jatuh, gara-gara Ariel narik kursiku (bukan Aril peterpen kali …). Dan paling apes Miranda itu loh roknya sampe sobek kena paku (duhh … untuk non yang satu ini kayanya kaga level main di sini).
                “Cha kapan mau cerita?”
                “Cerita apa?”
                “Ye …, masa cerita tentang pembokat loe!” Rie nyeletuk.
                “Owh … cerita cowok itu”.
Akupun menceritakan kejadian seminggu ini mulai dari aku kesiangan sampai Reza ngajakin makan di cape.  Ihhh … romantisnya.
                “Berarti Reza udah pernah ngebuntingin anak orang?” Tanya Abel dengan suara nyaring muka lugunya. Duhh … bel jangan keras-keras. Ini kan belum tentu benar. Gini malesnya cerita sama mereka belum apa-apa udah sok tahu. So mereka tetap sahabat terbaiku. Akupun berusaha menjelaskannya pada mereka.
                “Tapi Ca …, aku pernah denger. Ternyata di kelas tiga IPA ada yang suka sama dia”
                “Siapa Rie…?”
                “Siapa lagi kalo bukan Miss BB ALIAS Miranda yang so cantik itu”(padahal mang cantik … biktinya jadi Miss BB).
Tidak terasa obrolan aku sama mereka sudah kemana-mana. Bel tanda masukpun teriak kembali. Kami bertiga segera beranjak dari tempat itu. Sesuatu yang tidak kuduga, di seberang sana lebih tepatnya di depan kelas 3 IPA-1,  sosok cowok tersenyum kearahku. Siapa lagi kalo bukan Reza. Za … senyumu manis banget sih. Tapi disamping itu ada seorang cewe yang memandangku dengan mata sedikit tajam, pandangan itu seolah berkata kalo aku tidak boleh membalas senyuman manis Reza. Akupun langsung masuk kedalam kelas yang kebetulan Pak Yoga sudah stanby. Setelah aku piker-pikir cewe tadi itu kan Miranda, terus ada apa dia memandangku seperti itu. Kemudian Abel membisikan ketelingaku.
“Weyyy … jangan ngelamun aja, pak Yoga ngelihatin loe terur tuh …!”
“Iya … dia gak bakalan berani sama Aku”
Tenggg … tenggg …, bel berbunyi. Saatnya pulang. Lagi-lagi sekian kalinya aku harus pulang sendiri. Tapi so … nggak masalah karena mobil Jass-berwarna putih itu sudah bisa kurebut dari mas Aldi. Dan aku segera menepati janjiku sama Reza untuk ketemu di Sweet cape and Resto.

14.15, Sweet Cape AND Resto

          Aku sempat pusing mencari tempat yang di bilang Reza. Selain tempatnya yang lumayan jauh dari keramaian Kota, tempat ini juga sedikit memasuki taman-taman yang memiliki pohon-pohon besar di sepanjang jalan masuk. Tempatnya sih tidak begitu besar tapi keindahanya membuat aku takjub. Karena tempatnya yang keren banget dan mengapung di bibir pantai suasana eksoutis menjadi andalan ditempat ini. Kok Reza bisa yah membawa aku ketempat ini? Yaa … mungkin dia menginginkan suasana berbeda. Tapi kan, saat ini aku bukan siapa –siapanya Reza? Hahh … ngapai juga aku mikirin hal itu.
                “Hayy …, Cha disini …!” Kulihat reza melambai-lambaikan tangannya kearahku, yaa … memang disitu hanya ada aku. Langkah demi langkah. Tempat ini megingatkan aku kemasa lalu. Kalo tidak salah aku pernah ketempat ini sebelumnya. Kapan yah?, ohh ia … kalo tidak salah papah sama mamah pernah ngajak aku kesini ,waktu umurku masih sepuluh tahun dan waktu itu aku ngerayain ulangtahunku.
                “Silahkan duduk non …!”
                “Ia, makasih Za …”
                “Za, aku boleh Tanya sesuatu ennga?”
                “Ngomong aja kali, ga usah pke ijin segala …”
Aneh, tadi menyambutku dengan lemah lembut sekarang sewot sama aku. Apa dia kesambet setan pantai ya? Ah … bomat.
                “Bercanda kali Cha …, kok kamu takut gitu”
                “Za …, apa bener Miranda pacar kamu?”
                “Bukan, emang dia ngejar2 aku …, emang Miranda berbuat sesuatu sama kamu Cha?!”
                “Ooohhh …, angga sama sekali. Dan terus masalah di surat itu, apa bener kamu pernah melakukanya sama cewek berinisial M itu?”
Tiba-tiba saja reja menundukan kepalanya.  Ahhh …, apa aku bikin dia sedih bertanya seperti itu. Tapi aku jauh-jauh datang kesini untuk menanyakan hal itu.
“Cha mungin semua menuduhku seperti itu. Tapi, demi tuhan aku tidak pernah melakukannya. Kalopun aku gegabah melakukan hal itu, itu dengan orang yang aku cintai. Sedangkan aku … saat ini tidak satupuakun cewek yang kupacari.”
Aku merasa sedikit terharu mendengar penjelasan Reza. Walaupun Kita baru kenal, tapi Reza sudah Mau terbuka tentang masalahnya sama aku. Andaikan aku bisa menolong dia, apapun akan kulakukan demi senyumnya yang manis itu. Dan sedikit demi sedikit senyumannya yang manis itu mulai bisa kulihat lagi. Matanya sangat tajam memandang lautan luas . aku juga bingung haru ngelakkuin apa. Waktu sudah sore aku harus segera pulang, kalo tidak papah bisa ngambek.
“Za … pulang yuk udah sore”
“Ayo …”lagi-lagi senyumnya membuat aku ingin setiap saat memandang wajahnya yang putih bercahaya itu (hmmm … maksudnya bukan bercahaya seperti lampu). Kali ini reza yang menyetir mobilku. Perjalanan begitu memakan waktu dan melelahkan. Mungkin orang rumah sudah menghawatirkanku jam segini belum pulang. Ya, sih … jam hello kity-ku sudah menunjukan pukul 17.00.
Beberepa menit kemudian, Reza menginjsk rem. Lalu berhenti disebuah rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinngi, dan halaman yang luas sangat trlihat dari kaca mobil yang terbuka.  Dan apa yang terbersit dipikiranku saat ini, wahh … Reza anak orang kaya, pantesan Miranda ngejar-ngejar dia. Tapi aku juga baru tau sekarang sih …, soalnya Reza sangat sederhana orangnya. Dan paling penting, dia nggak mau bawa mobil sendiri kesekolahan. Padahal, tuhhhh … lihat mobilnya banyak Bo …!
“Ayo Cha masuk …!”
“Maksih Za, tapi waktu sudah malam, ntar papah marah sama aku …”
“Ayooo …, ntar aku yang bilang sama papah kamu”
“Emang kamu kenal sama papah aku?”
“Kan nanti dikelain sama kamu, masa nggak boleh kenal sama camer alias calon mertua, He  ... He …” Reza begitu percaya diri berbicara seperti itu sama aku. Hal ini bikin aku bingung saja apa maksud dari kata-kata dia barusan.
Betu masuk kedalam rumah Reza, perasan kaget menerpa ku. Seorang sosok wanita separuh baya yang tidak asing dipikiranku. Kayaknya aku pernah mengenal nenek itu. Sekian ribu pertanyaan mulai menerpa pikiranku. Dan hal ini terjadi begitu saja saat aku mengenal reza. Ya tuhan, apa sebenarnya yang terjadi? Aku jadi pengen nagis hikh … hikh …, kaga jadi lah malu kalo ketahuan Reza. Dan aku sempat kaget, tiba-tiba saja Reza muncul dibelakangku dan tangan halusnya memegang kedua pundaku (duhhh… wangi farpum mahalnya kian dekat kuhiru, rasanya pgen dipeluk, wkwkwkwkkw …).
“Dia itu neneku, kami tinggal ber-2, papah mamah aku sibuk di inggris”
“Ooo … gitu:
Kasihan dia. Kemewahan yang dimiliki tidak membuat dia hidup reza sempurna. Aku sedikit beruntung kedua ortu aku dekat di samping aku. Akhirnya aku pamitan. Kebetulan atau tidak, aku bertemu Abel dan Ririe di gerbang Komplek perumahan. Akhirnya aku gelagapan harus jawab apa? Kalo mereka bertanya yang aneh-aneh.
“Icha …, kamu dari mana malam-malam gini?
“Aku dari rumah Reza …” aku menjawab jujur sama mereka. Dan ini kesempatan aku untuk ngajak mereka. Jadi, aku bisa punya alasan, kenapa aku pulang malam, jadi papah ngak marah deh Sama aku … (sekalian mereka nebeng juga kali Bo …!).

23.15, My Sweet House

Gawat papah ada didepan rumah. Ngapain yah? Jangan-jangan mau marahin aku, duhh … gimana nih? Ayooo … Cha kamu pasti bisa. Yang pasti senjata paling ampuh itu adalah mereka berdua. Tapi, aku lupa koling mereka.
“Cha … kok malam gini baru pulang?, abis ngapai”
“Aku …!”
“Abis ngerjain tugas kelompok om …” sambar Ririe. Tumben banget tuh anak engga lola, biasanya kan yang ada dipikirannya hanya satu kata Hony sweety Wiliams (tapi kaga seganteng pangeran Wiliams inggir itu juga kali …). Mereka pulang dan aku sudah kangen dengan bantal love-ku yang dikasi orang misterius. Lagian besoknya aku haru ikut kepantai sama mas Aldi dan Bak Maya (yang penting aku nggak jadi orang ketiga, Kan setan hik … hik …!).
v   
20 Februari 2010
10.15, Sweet Anyer on the Beatiful Beach

Kurang lebih tiga jam perjalana. Aku, kakaku yang super ganteng dan bentar lagi mau wisuda untuk gelar sarjana komputernya, dan bak Maya sang pujaan hatinya yang selalu ditengteng-tengteng terus, sampai disebuah hotel berbintang Lima ternama.”Welcome to Marbela Hotel and reasort Anyer”, hanya tulisan itu yang sempat kubaca. Pantainya sangat menakjubkan, saying Reza tidak bisa ikut karena harus menjemput ortunya di Airport. HP-ku berbunyi.
“Hallo Cha …., dimana?”
“Aku di ANYER, “
“Ok …, aku akan kesana”
“Yaa …, aku tunggu Za!”
Ternyata Reza menepati janjinya. Dia menyusul aku sekarang. Dan, benar saja beberapajam kemudian terlihat sebuah mobil Jazz berplatno B 1237 A perĂ©cis seperti mobilku , parkir di depan hotel . Duhh … Za kamu ganteng sekali hari ini (basa-basi kali Bo).
“Selamat siang semuanya …!”
“Reza …” Mas Aldi terheran-heran melihat siapa yang datang bersamaku. Begitupun dengan Reza.
“Mas Aldi …, Bak Maya …”
“Sejak kapan kamu kenal Reza Cha?”
“Baru, mungkin satu minggu lebih …!”
“Terus kenapa? Nggak pernah cerita?”
Aku jadi malu sama mas Aldi. Dan lagi-lagi Reza hanya bisa tersenyum melihat aku ditanya-tanya sama abangku yang sok hakim persidangan aja (cita-citanya sih …). Dan parahnya lagi ternyata Reza satu Tim di Forum Basket Bina Bngsa (ya jelek-jelek gitu mas Aldi alumni BB juga kali …). Kami berempat hari menghabiskan waktu untuk berenamg. Kulihat mas Aldi yang nggak mau jauh dar bak Maya. Dan Reza dengan celana pantainya terlihat seperti Bread Fit, abis guanteng buanget ….!. Hari sudah sore. Kita hari harus balik ke Jakarta. Dan, rasanya aku nggak kepengen pulang.... Bay-bay Anyer beach.

23.15, My Sweet House

Sepanjang perjalanan yang melelahkan, akhirnya nyampe juga. Tapi rumah terlihat sepi. Mas Aldi naganterin Bak Maya. Duh mamah papah kemana sie, oh ia … aku hampir lupa memepersilahkan cowok disampingku masuk. Tapi Bok Surti juga nggak ada, nngak salah lagi pasti lagi apel sama tukang sayur sok ganteng itu. Hmm … aku jadi grogi berdua dirumah sama dia. Perkenalanku sama Reza belum lama sieh tapi hati ini mulai berharap, cie … cie …!
“Za kamu kok benggong?”
“Aku engga apa-apa Cha …” sambil tersenyum dan mengangkat sedikit bahunya.
Kalo aku boleh aku jujur sama dia. Sebenarnya aku mulai gereget sama Reza. Tapi, aku gereget kenapa yuah …!. Bel rumah berbunyi. Siapa yang datang?
                “Icha … aku datang”. Nggak salah lagi itu suara mereka, siapa lagi yang berani namu sambil teriak-teriak dirumahku kalo bukan Ririe dan Abel. Mau ngapain mereka?kok nggak ngasih tahu kalo mau ke rumah.
                “Cha udah siap?”
                “Mau kemana?”
                “Katanya kita mau ke salon langganan mamahku …!”
Dah jadi malu Sama Reza. Aku kan pernah cerita sama dia kalo aku paling nggak suka pergi ke salon apa lagi dandan. Makanya aku cantik alami (ehm … ehm … sebenarnya ini demi Reza loe …) tpi pleas Rie …, Bel … jangan bilang dekat dia. Aku jadi malu nie.
                “Ya udah Cha … aku pulang dulu!”
                “Oh ia hati-hati yah Za …”
                “Wah kayaknya ada cinta pandangan pertama nie Bel  ...” lagi-lagi Rie ngecengin aku. Awas yah kalian. Huuh … Capek juga.
                “Cha kita punya kabar gembira nie …”
                “Kabar gembira apa nie …?”
“Tau nggak, Ariel udah balik ke indo tau …”
“Whaat … Bel?”
“Ia …, katanya sih papahnya ditugaskan lagi di kedubes amerika untuk Indonesia lagi. Dan ta yang paling penting, dia mau masuk Bina Bangsa lagi. Udah kebayang kan … cewek-cewek bina bangsa histerisnya kaya gimana”
Ariel balik ke Indonesia. Wah... Ini bisa gawat. Ariel itu temanku waktu dikelas satu. Dia dulu ngebet banget suka sama aku. Tapi, aku enggak mau karena dia udah punya banyak cewek. Orangnya ganteng juga sieh, Yaa … nggak jauh beda sama Reza lah. Semoga kedatanganku tidak membuat dia ingat masa lalu.
“Loeh … Cha kok malah ngelamun?, Ya udah kita berdua balik dulu”. Ririe sama Abel pamitan pulang. Dahh … aku sendirian lagi dong. Daripada aku nugguin orangrumah pada pulang mendingan aku tidur duluan. Tidur sebelum melepas sepatu sakah satu kebiasaanku, makanya jangan heran kalo mamah harus nyuruh aku bangun malam-malam. Suara sms di Hand phone –ku berbunyi.
Dari: 085677774512
Text: malam nona,
           Apa kabar nie?
           Samapi ketemu di BB YUAH …!
Nomber kontak baru. Siapa nie? Jamgan –jangan Ariel? Tapi tahu dari siapa dia no-ku. Ahh … mudah-mudahan pikiranku salah. Tidur ahhh …!
v   


17 Juni 2006
13.15, Sweet Bina bangsa

Hari ini anak kelas tiga pengumuman kelulusan ujian nasional. Tapi, siswa kelas satu dan dua tidak diliburkan. Jadi …, aku bisa ngelihat senyuman manis Reza saat kelulusan nanti. Lima bulan bukan waktu yang singkat buat perkenalan aku sama dia, dan itu sudah membuat aku merasa nyaman didekat Reza. Yaa … walaupun Mas Aldi, papah, mamah dan si kecil Alif suka ngecengin aku kalo Reza main ke rumah. Malahan papah suka manggil Reza anak menantu papah. Aneh kan …? Padahal samapai detik ini Reza belum pernah bilang suka apalagi cinta sama aku, duh … kapan yah? Kok kita temenan terus.
“Rie …, Bel … sini” aku memanggil dua temanku yang imut-imut itu,( ye … itu juga kata mereka kali).
“Kekantin Yuk Cha …”
“Duluan aja aku nungguin Reza nie …”
“Owh … ya udah kita kekantin duluan yah …
                Jam segini Reza belum datang. Pembagian kelulusan sebentar lagi. Nah, di samping perpustakaan, aku melihat orang berkecamata. Kalo nggak salah namanya Andra. Dia tetangga sekaligus Temannya Reza.
                “Hai …, Andara yah? Reza-nya mana?”
                “Ia, aku Andara, Reza ke Airport dulu nganterin bokanya”
                “Owh …”
                “Kamu temanya Reza?”
“Ya, aku Icha temenya Reza …”
“Bukanya Icha itu pacarnya yah …” andra sambil garuk-garuk kepala
Whatss? Reza bilang ke andra kalo kau ini pacanya … duh aku jadi nggak ngerti apa maksud andra tadi. Apa mungkin selama ini Reza selama ini menggangap kedekatan aku sama dia itu pacaran? Ohhh apa aku tadi salah denger kali. Ahh sudahlah buat apa aku mikir kayak gitu.
Menunggu Reza hari ini sangat membosankan. Akhirnya aku dan Rie juga Abel pulang. Di depan gerbang sempat kulihat mobil Reza sedang parker, tapi aku sudah janji sama dua sahabat baiku untuk menemani mereka ke Mall. Dan Reza juga nggak melihat aku, dan itu artinya dia juga nggak bakalan marah aku ditinggalin. Lagian aku sudah tiga jam nungguin dia. He … he … yang paenting aku sudah melihat sedikit senyum manisnya di parkiran, yaa walaupun kurang jelas.
               

16.15, Sweet Quin Park

          Suasana sore di Quin Park memang indah. Taman yang letaknya didekat danau ini, bisa bikin aku berasa di kepulauan karibia. Nama sebenarnya sih bukan Quin Park. Tapi, Abel si nona yang punya ini rumah mimpi jadi seorang ratu makanya Taman belakang rumahnya yang asri ini dia berinama Quin Park. Biasnaya kalo abis pulang sekolah dan ngerjain tugas kelompok kaita pergi ke rumah Abel. Selain rumahnya Asri, banyak makanan. Jadi, Rie nggak usah repot kelaperan. Lihat aja Ririe asik dengan Brounisnya dan Abel Asik bermain dengan Si Manies kucing peliharaanya.
“Cha hp kamu berbunyi tuh …” teriak Abel dari dalam rumah. Reza meneleponku.
“Hallo …”
“Cha … aku lulus dengan nilai memuaskan, ha … ha …!” teriak suara disebrang sana.
“Horeeeeeeeeeeeeee …!”
Kulihat kedu sahabatku yang sedang asik melihat kearahku dengan raut muka yang sedikit heran. Duhh aku juga sih. Reza yang lulus, kenapa jadi aku yang teriak kencang sampai-sampai kucing Abel lari. Sampai aku lupa dengan orang yang ada disebrang sana.
“Alhamdullilah …, bagus kalo gitu”
“Ia …, pasti mamahku seneng banget mendengarnya, dan mengijinkan aku sekolah di Londen”
Tanpa sengaja kumatikan teleponya. Apa yang sudah kudenger tadi. Reza mau nerusin kulliah di Londen. Berarti aku Akan kehilangan dia dan senyumnya yang selalu membuat aku selalu ingin disampingnya. Perasaanku mulai koyah tak karuan. Bahkan aku pulang tanpa pamit sama Abel dan Ririe. Kukemudikan mobil dengan kencang tanpa rasa takut akan bahaya. Kenapa perasaanku seperti ini? Padahal harusnya aku seneng dia lulus dengan nilai terbaik.


17.15, My Sweet House

                Orang rumah sedang berkumpul di sopa tengah. Aku enngak boleh terlihat loyo. Tapi, aku juga nggak bisa tersenyum apalagi kalo Mas Aldi tahu kalo aku …. Ah bodo amat.
            “Asalamualaikum …”
                “Walaikum salam …,”
                “Gimana … dengan kelulusan Reza?” papah pake Tanya-tanya segala lagi.
“Nilai terbaik se-BB …, tapi bentar lagi dia mau pergi ke Londen”
“Berarti, ade mas yang satu ini bakal patah hati dong …” lagi-lagi mas Aldi ngecengin aku. Dia Kan tahu kalo selama ini aku suka sama Reza. Dan aku nggak mungkin mencegah keberangkatan Reza untuk pergi ke Londen. Kulihat Bok Surti membuka pintu depan. Dan …
“Selamat malam Om, tante, mas Aldi …!”
Reza? Ngapain dia kesini? Jangan-jangan dia mau bilang atau nanya kenapa tadi aku memutus teleponya. Atau, mau ngasih salam perpisahan. Ahh … masuk kekamar aja. Kalo aku ters didini nanti jadi objek obrolan mereka lagi.
                “Cha …, loh … kok Rezanya ditinggal”
                “Tau ahh …, Icha ngantuk banget nie …”.
Dari lantai dua, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku sama Reza yang asik ngobrol sama papah, mamah, dam mas Aldi selalu tersenyum. Mungkin kalo dia udah pergi ke negeri pangeran wiliams, aku bakal kesepian. Oooowwhhh tidak kan masih ada Abel dan Ririe, yaa … tenang masih ada mereka. Tapi, meeka senyumnya tidak semanis dia …!

28 Juni 2006
06.45, Sweet Airport…

Pagi-pagi buta Alif sudah mengoyang-goyangkan badanku yang masih tertidur pulas. Pasti ini suruhan mamah? Sama siapa lagi adiku yang imut itu bisa nurut selai sama mamah.
“Sayang bagun, kamu kan harus nganter Reza ke Airport loeh …” astaga untung aja mamah ngingetin. Reza hari ini, pukul delapan mau terbang ke London. Aku harus cepat-cepat mandi, sarapan dan manasin mobil, kalo tidaj … bisa-bisa aku ketinggalan sama Abel dan Rie yang juga mau ikut nganter Reza.
Mobilku sudah samapai di depan bandara internasional. Tapi tak satupun aku melihat teman-temanku maupun Reza. Apa aku terlambat? Ohh … tidak mungkin. Tanpa kusadari aku mengenakan baju yang kemarin ku pakai (pantesan bau gimana gitu …). Aku lansung berlari di terminal dua keberangkatan pesawat Jakarta – London. Suara pesawat take of pesawat membuat perasaanku semakin aneh saja. Apa yang terjadi? Aku hanya melihat Abel dan Ririe ditempat itu dengan muka yang sedikit kusam (mungkin mereka mggak sempat mandi bo …).
“Bel mana Reza …”
“Reza … Reza … Reza .., sudah terbang …”
Disaat itu pula perasaanku nggak karuan. Senyumanya semalam menjadi perpisahan buat aku. Dan dia hanya menitipkan sebuah Surat kecil pada Ririe. Kurang lebih isinya seperti ini:


To: Maricha
Aku pergi untuk selamanya, dan aku tahu itu …
 Dari awal aku bertemu kamu, ada disampingku, melihat senyumu, dan waktumu untuk aku.
Dan aku sadar kini tidak ada lagi waktu untuk kita bersama, untuk saling jujur, saling mengisi         seperti yang hati kita inginkan.
Tuhan memberiku cinta dan memberiku kasih serta hidup itu hanya untukmu. Tapi sang waktu memang tak pernah adil.
Aku cinta kamu … dan aku sayang sama kamu …
Andai suatu saat aku melihat ada bintang jatuh satu hal yang kupinta tuhan mempertemukan kembali aku denganmu demi hati kita

By Reza Pahlevi

28 Juli 2007
09.45, My Sweet Bad ROOM…
               
Semenjak Reza pergi ke Londen. Sampai keseribu kali kubaca Surat ini. Tak ada satu katapun pesan yang dia kirimkan. Dan kalian tau bahkan aku mencari beribu cara untuk mengobati dan berusaha melupakanya. Mulai akal aneh kedua sahabatku yang mengadakan ajang pencarian jodoh sampai Ariel menjadi kekejamanku. Aku juga tak tahu harus mencari Reza kemana? Londen tidak sekecil pulau seribu. Dan kini aku tinggal berharap tuhan mempertemukan kami.
                “Sayang … jadi enggak ke butiknya?” seru mamah dari bawah. Aku jadi lupa hari aku mau ngambil baju untuk pesta topeng disekolah nanti malam. Yaa … pesta topeng itu adalah acara tahunan sekolah. Yang biasanya diadakan untuk malam perpisahan. Dan pesta topeng digelar untuk siswa kelas tiga. Dan aku sendiri sebagai siswa yang lulus tahun ini. Mau tak mau harus mengikutinya. Walaupun aku sekarang merasa bingunng siapa cowok yang harus aku ajak ke pesta. Areil? Oh … nggak mungkin. Uwwhh … mau nggak mau, aku harus datang seorang diri. Seoarang . Mobil corolla hitam yang mamah kemudikan samapai juga dibutik tante intan. Butik paforit mamah, kata mamah sih koleksinya bagus-bagus yang dikirim dari London. Duh … jadi inget sama Reza.
                “Selamat datang Vina galeri” sambut salah satu pelayan buti dengan senyum mengembang. Tak lama, datang seorang pelayan dari ujung kanan berjalan kea rah aku dan mamah. Kulihat dia membawa satu gaun berwarna merah.
                “Selamat hari ini ultah Vina Galeri … dan ibu pelanggan pertama yang datang, jadi kami memberikan sebuah gaun special tanpa harus membayar …” Pelayan itu memberikan gaun cantik yang dibawanya. Aneh bin ajaib ada butik yang mau memberikan gaun semahal itu. Aku masih saja keliling di area koleksi. Mamah sedang membayar di kasir.
                “Eh … ternyata ada yang suka main ke butik juga…” Miranda muncul dibelakangku. Tahu dia dia jalan Sama siapa? Ariel…. sejak kapan Miranda suka sama ariel. Ahh … bodo amat itu urusan mereka. Dan tanpa kuladeni aku meninggalkan butik itu Sama mamah.

20.45, Bina Bangsa Fiesta….
Lampu gemerlap. Cahaya lilin menghiasi Taman Bina Bangsa. Kulihat mereka cantik-cantik dan bahagia bisa bersama dengan orang terkasih. Ririe akhirnya datang bersama wiliams. Cowok amrik yang dulu bikin dia mau ngejatuhin diri dari atap gedung sekolah. Dan Abel sama hony sweetnya yang bernama Thomas itu akhirnya bersatu kembali. Duh … aku gimana? Ya … aku sendiri aja.
Pesta topeng sudah dimulai. Kulihat teman-teman asik berdansa. Aku hanya duduk termenung melihat kebahagian orang banyak itu. Tapi, tiba-tiba pandanganku beralih ke sosok cowok yang berjalan kearahku. Dengan jas dan topeng serba hitam yang dipakainya membuat aku sulit mengenali cowok yang saat ini memegang tanganku. Dan … bau parfum itu … ya … kubuka saja topeng yang dipakainya. Kalian tahu siapa? Dia seseorang yang aku nantikan, dan saat ini ada disampingku. Reza … siapa lagi selain dia yang memberikan senyuman cintanya untuku. Dia tidak begitu kesulitan mencari aku. Ya .. karena gaun merah yang kupakai ternyata pilihan dia yang sengaja dia taro di butik itu, tapi kok dia tau aku mau datang kesitu? Hmm …
Air mata ini rasanya deras sekali. Dan aku tidak bisa melepaskan pelukan nya saat ini. Rasanya seperti mimpi. Tapi ini memang kenyataan. Reza datang untuk menemaniku di pesta topeng. Apa mungkin dia membuka ribuan email yang kukirimkan untuknya. Dan ada satu kata yang dia katakana untuk “tidak mungkin aku bisa menolak kehadiranmu dalam hidupku”. Pestaku semakin membuat aku bahagia. Samapai-sampai tidak terasa waktu sudah malam. Dan aku harus pulang begitupun dengan Reza. Wahh … mala mini malam yang paling indah diantara seribu malam yang berlalu.

20.45, My Sweet house…
Reza mengantarku pulang mala ini. Suasana rumah berbeda seperti biasanya. Dan kalian tau siapa tamu yang ada dirumahku? Yaa … mereka orang tua Reza. Dan yang paling aku heran ternyata yang datang  tante Vina dan om Haries. Jadi berarti Reza itu teman kecilku dua belas tahun lalu. Owhh … ini diluar akal pikirku. Semua ini terjadi begitu saja. Aku kenal sama Reza-pun tanpa disengaja. Ini semua menjawab pertanyaanku. Saat dirumah Reza? Nenek itu? Dan Cape and Resto di bibir pantai? ternyata benar aku pernah mengalami sebelumya. Dan ternyata mamah sudah tahu semuaya dari awal. Pantesan mereka dekat banget. Spesialnya ternyata Reza meminta orangtuanya datang kerumah untuk melamarku. Terus bagaimana dengan Miranda? Ya surat berinisial M? YA … itu adalah akal-akalan Reza untuk bisa dekat sama aku. Dasar …!
Dan surfrise … papah dan mamah mengijinkan aku kuliah di London. Dan aku bisa dekat dengan reza kapanpun dimanapin. Pengalaman cinta yang aneh. Tapi, membuat aku percaya kekuatan cinta memiliki kekuatan tanpa lekang oleh waktu ….

v   
20 Juli 2011
SWEET LONDON ………………….!!!

                Keindahan malam ini tidak kalah dengan malam empat tahun lalau. Malam ini, Tepat umurku 22 tahun. Suasana sunyi kota London memberikan warna tersendiri untuku. Mengapa tidak suamiku sudah menyiapkan pesta sederhana yang begitu romantic untuku. Memberikan senyuman terindahnya dan sepesial kata yang dulu pernah dia ucapkan untuku.  “tidak mungkin aku bisa menolak kehadiranmu dalam hidupku”. Upsstt mati lampu … tatapan Reza semakin dalam dimataku senyumannya seolah berkata kalo dia menginginkan untuk menghabiskan malam berdua. dan meminta sesuatu… Apa itu? Biar kami berdua yang tahu. Pokoknya smile is love. Dan kalian harus tahu kalo senyuman itu adalah satu cinta yang tidak perlu kata-kata tetapi pesan dengan ribuan makna  .
THE END


.